Allah Hadir di Tengah-Tengah Keluarga (2)
Lanjutan dariĀ Allah Hadir di Tengah-Tengah Keluarga
Jumat malam, Bapatua Holong menjemput saya ke depan pintu gerbang ITB. Sebuah pengorbanan yang besar bagi saya, karena Ia harus memutar cukup jauh dari daerah Sarijadi–setelah menjemput Elisa–ke daerah Dago hanya untuk menjemput saya. Kami sudah merencakan perjalanan ini jauh-jauh hari, di mana saya akan ikut bersama dengan keluarga Bapatua pergi ke Jakarta untuk mengikuti prosesi Pernikahan Bang Hendra.
Sabtu pagi kami akan berangkat bersama ke Jakarta, dan menurut Bapatua, adalah baik bagi saya untuk menginap di rumahnya sebelum hari keberangkatan. Kami sempat makan malam bersama, di mana menu malam itu adalah ayam goreng, opor sapi, dan sayur kacang pancang. Enak sekali. Saya kembali makan malam itu, meskipun saya sudah makan sebelum dijemput tadi.
Malam itu, saya menonton film 2012 bersama dengan Bapatua dan Mamatua hingga larut malam. Ketiga anak Bapatua, Kak Mia, Kak Nita, dan Elisa sudah tidur terlebih dahulu setelah menyiapkan baju-baju yang akan dipakai dan dibawa. Selanjutnya, Bapatua dan Mamatua juga tidur sekitar pukul sepuluh malam. Saat itu, saya menonton film tersebut sendirian, juga sambil menyelesaikan beberapa tugas yang harus dikerjakan. Sekitar pukul dua belas, saya kemudian tidur di kasur yang sudah dipersiapkan oleh Bapatua di ruang tamu. Suhu dingin saat itu tidak begitu terasa karena saya diliputi dengan banyak kebahagiaan dan sukacita berkumpul bersama dengan saudara. Saya tidak sabar menunggu hari esok, di mana kami semua akan berkumpul.
Pukul empat pagi saya terbangun mendengar suara gaduh dari Bapatua dan Mamatua yang mulai mempersiapkan barang-barang yang akan dibawa. Mamatua juga sudah membuat teh-teh hangat yang segera saya santap ketika saya terbangun. Setelah berdoa sebentar, saya mulai melakukan aktivitas juga, merapikan kasur dan bantal serta kursi dan meja yang kemarin harus digeser. Kami semua bergantian mandi di subuh hari itu, sekitar pukul 04.15 sampai 05.00. Setelah berpakaian rapi dan membereskan rumah, kami berdoa bersama sebelum melakukan perjalanan menuju ke Jakarta.Rumah telah dikunci. Bapatua sudah berada di dalam mobil. Dan saya duduk di bagian belakang. Pukul 05.27, adalah waktu yang saya masih ingat persis kami mulai bergerak meninggalkan rumah Bapatua. Bagi saya, awal perjalanan adalah keadaan yang menyenangkan, saya menghafalkan daerah-daerah yang saya lewati di daerah Cimahi ini. Selepas masuk tol Cipularang melalui Baros, saya mulai mengantuk dan tertidur.
Saya terbangun di kilometer 80, di mana keadaan jalan tol sungguh langgeng. Sejak saat itu, saya tidak tertidur lagi karena melihat-lihat pemandangan sekitar perjalanan yang tidak pernah saya nikmati karena lebih sering pulang malam hari. Bapatua bisa memacu kendaraannya dengan cepat menuju ke Jakarta, apalagi sekarang sudah jam 6 pagi. Kabut-kabut sempat juga saya lihat selama perjalanan saya. Meskipun ada sekit gangguan, di mana ada kejadian tergulingnya truk bermuatan ayam di kilometer 52, perjalanan berlangsung dengan lancar. Pukul 07.12, kami sudah keluar tol Pondok Gede Timur dan langsung menuju ke rumah Tulang Iren melalui Pangkalan Jati dan jalan potong SMA 71. Perjalanan yang kembali membangkitkan memori-memori lama saya.